Ciri Khas Arunika
Pendidikan Sehat
Keseimbangan, pekerjaan artistik, melindungi 12 indera dari overstimulasi terhadap polusi. Sebuah pemahaman penting yang selalu ditekankan dalam pelatihan guru-guru Waldorf adalah bahwa di sekolah Waldorf tugas utama guru adalah memastikan bahwa anak-anak dalam keadaan sehat.
Lalu apakah sehat itu? Sehat bukanlah situasi di mana segalanya sempurna, karena sebagai makhluk hidup yang terus berproses, kita tidak pernah mencapai kesempurnaan. Sehat bukan pula keadaan statis, sehingga berarti tidak pernah sakit. Bahkan terkadang menderita sakit adalah proses yang sehat. Sehat adalah keadaan seimbang, keadaan harmonis. Sehat adalah proses, perjalanan yang menguatkan dan memberdayakan manusia di lingkungannya.
Maka Arunika sebagai sekolah Waldorf bercita-cita menjadi sekolah yang sehat, yang membawa komunitas yang menghidupinya serta anak-anak didiknya dalam perjalanan yang menyehatkan.
Sebagai sekolah Waldorf, Arunika selalu mengedepankan proses pembelajaran yang seimbang dan harmonis antara karsa, rasa, dan akal. Hal ini dapat dicapai lewat eratnya tenunan unsur seni dalam setiap kegiatan belajar di sekolah. Karena bekerja dengan keindahan mengaktifkan energi kehendak, dan akal fikir mewujudkan rasa harmonis yang indah. Cita-cita memberikan pendidikan yang sehat juga kami wujudkan dalam bentuk perlindungan ke 12 indera dari kebisingan polusi kehidupan modern yang serba cepat dan dingin. Kehidupan modern banjir akan stimulan-stimulan yang melemahkan, terutama pada anak di fase sekolah dasar yang belum terbangun kokoh saringan logika dan moral manusia urban.
Ritme Harian
Ritme harian adalah sebuah pola yang diterapkan setiap hari yang membantu membuat lingkungan belajar yang stabil dan dapat diprediksi bagi anak. Ini membantu membangun rutinitas dan memperkuat pemahaman anak tentang waktu dan membantu mereka mengatasi stres.
Ritme harian dalam pendidikan Waldorf melibatkan pola aktivitas seperti waktu tidur, waktu makan, waktu belajar, dan waktu bermain yang sama setiap hari. Ini juga memasukkan kegiatan-kegiatan rutin seperti membaca cerita, menari, dan berolahraga sebagai bagian dari rutinitas harian. Ritme harian juga memfokuskan pada pergantian musim dan memasukkan kegiatan-kegiatan yang relevan dengan musim tertentu, seperti memanen buah-buahan dan sayuran pada musim panen.
Dengan memasukkan ritme harian dalam pendidikan, anak dapat memahami bagaimana waktu bekerja dan bermain berhubungan satu sama lain dan membantu mereka membangun pola tidur yang sehat. Ini juga membantu membangun rasa kepercayaan diri dan keamanan anak karena mereka tahu apa yang diharapkan dari mereka setiap hari.
Dalam pendidikan Waldorf, ritme harian memainkan peran penting dalam membantu anak mencapai keseimbangan dan kestabilan dalam hidup mereka dan membantu mereka mencapai potensi mereka secara optimal.
Child Study
Salah satu kekhasan sekolah Waldorf adalah bagaimana guru-guru memperhatikan setiap anak murid dengan penuh rasa hormat, rasa cinta, dan tanggung jawab. Guru-guru Arunika Waldorf yang terpilih adalah guru yang menyadari, meyakini, dan menjalani dengan kesungguhan sebuah keniscayaan bahwa anak adalah makhluk spiritual yang telah memilih jalannya ini untuk berkontribusi di kehidupan ini. Para guru dengan penuh kesadaran bertanggung jawab dan berupaya agar setiap anak yang dihadapinya dapat memenuhi semua potensinya sehingga kelak mampu menjalani perannya di bumi ini.
Salah satu upaya yang dilakukan para guru Waldorf adalah dengan melakukan Child study atau studi anak pada setiap individu anak, di mana keadaan anak, situasi perkembangannya, kemampuan fisik, karsa, rasa dan akalnya, kesulitan-kesulitannya dan bakat-bakat alaminya, tantangan dan hal-hal yang memacunya menjadi pembahasan mendetail. Para guru akan menemukan jawaban tentang apa yang bisa atau perlu mereka lakukan untuk mendukung perjalanan pembelajaran sang anak.
Studi anak dilakukan setiap minggu di mana satu anak bisa dibahas di studi anak hingga berminggu- minggu, namun dapat dipastikan setiap anak akan mendapatkan giliran studi anak. Pada masa studi anak ini, kemungkinan guru pulang membawa banyak pertanyaan tentang anak tersebut di mana bisa saja guru akan bertanya pada orang tua hal-hal mengenai anak tersebut untuk membantunya dalam proses studi sang anak.
Three Fold
Tiga aspek dasar dari setiap individu: pikiran (atau intelektual), jiwa (atau emosional), dan badan (atau fisik). Dengan memperhatikan tiga aspek ini, pendidikan Waldorf bertujuan untuk memastikan bahwa anak menerima pendidikan yang holistik dan mengembangkan keseimbangan antara aspek intelektual, emosional, dan fisik. Hal ini membantu anak untuk tumbuh dan berkembang menjadi individu yang sehat dan seimbang, yang memiliki kapasitas untuk memahami dunia dan membuat kontribusi positif ke dalam masyarakat.
Dalam implementasi, pendidikan Waldorf memasukkan kegiatan dan materi yang memperhatikan tiga aspek tersebut, seperti memasukkan pengalaman sensori dan kegiatan kerja tangan untuk membantu anak mengembangkan kemampuan fisik, memperhatikan dan memfasilitasi perkembangan emosional anak, dan memperkenalkan materi dan konsep intelektual dengan cara yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
Dengan menggabungkan pendekatan ini, pendidikan Waldorf bertujuan untuk membantu anak mencapai potensi mereka dan menjadi individu yang bermakna dan berkontribusi positif ke dalam masyarakat.