Profil Arunika Waldorf

Tentang Arunika

Sekolah Dasar Arunika menerapkan metode Waldorf yang digagas oleh Rudolf Steiner dalam perjalanan pembelajarannya. Metode Waldorf adalah sebuah metode pendidikan holistik yang didasarkan pada pemahaman terhadap perkembangan insan yang utuh. Pemahaman dan gagasan ini diterjemahkan dalam setiap elemen pembelajaran, sehingga pengalaman serta rasa akan nilai-nilai yang digagas oleh Steiner dapat tumbuh dan meresap dalam sanubari setiap anggota komunitas, terutama anak-anak.

Sekolah Arunika, secara keseluruhan, merupakan sekolah independen, yang tidak terikat atau tergantung oleh organisasi/kelompok/orang tertentu. Dengan demikian, sekolah mempunyai kebebasan untuk meramu pendidikan yang sesuai dengan tumbuh kembang anak – namun tetap mengacu dan menyesuaikan pada Kurikulum Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Dalam pendidikan ini, anak menjadi subjek dan perhatian utamanya; bukan lagi untuk kepentingan sekolah, yayasan, guru, maupun orang tua.

Selain itu, kami memasukkan unsur dan cita rasa budaya lokal (Sunda) ke dalam kesehariannya. Kami menyadari, setiap individu, utamanya anak-anak, perlu mengenali akarnya agar dia dapat tumbuh tegak dan menjulang hingga akhirnya mampu bermanfaat bagi sekelilingnya.

Sekolah ini pun merupakan sekolah Bhineka yang bersifat inklusi, perbedaan diterima dan dihargai sebagai suatu keindahan. Tidak ada yang mendominasi atau diutamakan, semua selaras dan seimbang untuk mewujudkan sekolah yang sehat. Kami sadar bahwa untuk menjadikan kondisi ini terwujud, dibutuhkan keterbukaan dan kesadaran yang utuh dari setiap pihak, terutama para orang tua yang akan menjadi bagian dari komunitas Arunika.

Kisah Awal Arunika

Sebelum terwujud menjadi sebuah sekolah, Arunika terbentuk dari sebuah komunitas. Komunitas yang rutin mengadakan studi grup dalam rangka mengenalkan dan menyebarkan ilmu, pengetahuan, pengalaman akan konsep pendidikan Waldorf. Komunitas ini digawangi oleh Manda Wellang, yang lalu disambut baik oleh Iden Wildensyah. Maka sejak tahun 2014, komunitas ini mulai beraktivitas.

Berteman dengan waktu, ketekunan, dan kekuatan niat serta mimpi besar, maka perjalanan sebuah komunitas pun dimulai. Seperti bola salju yang bergulir, komunitas semakin lama semakin besar. Seiring pertemuan dengan banyak orang yang memiliki kesamaan nilai dan pandangan, maka di tahun 2017, Komunitas Belajar Arunika Waldorf mulai melangkah membangun sebuah sekolah dasar. Berjalan dengan penuh kesadaran, sesuai dengan prinsip-prinsip yang dipegang, Arunika melangkah setapak demi setapak. 

Mengambil nama dari bahasa Sanskerta, Arunika berarti seberkas cahaya mentari saat terbit di kala pagi yang membawa kehangatan, kami berkeinginan untuk hadir di dunia pendidikan dengan membawa sebuah harapan baru. Harapan bagi seorang anak untuk mendapatkan pendidikan yang utuh, yang mampu memanusiakan dirinya dalam mencapai kapasitasnya, juga memahami peranan dirinya di dunia ini.

Tentang Waldorf

Pendidikan Waldorf, yang juga dikenal sebagai pendidikan Steiner, adalah pendidikan yang pelaksanaannya didasari filosofi dan pemahaman yang disampaikan oleh Rudolf Steiner mengenai manusia sejati yang kemudian berkembang menjadi pemahaman Anthroposophy (anthros = manusia, sophia = kebijaksanaan/kearifan).

Maka seluruh pendidikan Waldorf di dunia, sebagaimana yang kami terapkan di sekolah kami, juga didasari pemahaman tentang proses tumbuh kembang manusia sejati yang disampaikan oleh Steiner. Kami pun kemudian membuka mata, hati, dan pikiran, mencoba mendengarkan dan menangkap permintaan dan kebutuhan anak-anak yang kami hadapi dalam lingkungan, dalam kerangka budaya yang meresap dalam keseharian.

Dengan kacamata pemahaman anthroposophy tentang manusia sejati, kami berusaha menjawab permintaan dan kebutuhan anak-anak dengan menghadirkan pendidikan yang membantu anak mencapai dan memenuhi potensi-potensinya. Harapannya, mereka mampu menggunakan seluruh kapasitasnya saat berkontribusi dalam kehidupan mereka kelak sebagai individu/ insan yang merdeka dan bertanggung jawab.

Waldorf Indonesia

Pengajar

Manda Wellang
Manda Wellang

Manda turut menjadi bagian kelompok inisiator pendiri Sekolah Arunika Waldorf, sekolah Waldorf pertama di Indonesia dimana ia kini menjadi guru kelas angkatan pertama (2019 – 2025)

Iden Wildensyah
Iden Wildensyah

Iden adalah profesional yang terjun ke dunia pendidikan karena panggilan hati. Lebih dari 10 tahun ia bergelut di bidang pendidikan anak. Menginisiasi Komunitas Belajar Arunika Waldorf yang kemudian mewujud Sekolah Arunika Waldorf.

Caroline Najoan
Caroline Najoan

Caroline setelah lulus dari IPB dan merintis kerja yang berkaitan dengan binatang-binatang, jalurnya kemudian beralih ke dunia yang bersentuhan dengan dunia anak2.

Struktur Sekolah: Three Fold Societies

Stukrut SekolahArunika

Sekolah Arunika Waldorf adalah sekolah yang disokong dan dibangun oleh komunitas, dan dalam melaksanakan peran keorganisasian dipayungi oleh sebuah yayasan. Ketiga elemen penting ini merupakan entitas mandiri, namun saling bersinggungan dan bekerja sama seperti gerigi mesin yang saling memutar satu sama lain sehingga memungkinkan sekolah bekerja dengan baik.

Dalam persinggungan antara ketiga entitas ini kami menempatkan tim khusus yang disebut weavers atau penenun.

Keterlibatan Orang Tua

Sebagai sekolah yang berbasis komunitas, keadaan dan kebersediaan orang tua untuk berkontribusi membangun lingkungan dan budaya belajar yang sehat menjadi sangat penting. Dengan bergabung menjadi bagian dari keluarga besar komunitas Arunika Waldorf orang tua sudah bersepakat untuk ikut menyumbang peranan membangun lingkungan dan budaya belajar yang sehat.

Menjaga ritme anak, kerja bakti, mengikuti kelompok belajar (studi grup) parenting.

Sebagai sekolah yang berbasis komunitas, kehadiran dan kesediaan orang tua untuk berkontribusi membangun lingkungan dan budaya belajar yang sehat menjadi sangat penting. Dengan bergabung menjadi bagian dari keluarga besar komunitas Arunika Waldorf, orang tua sudah bersepakat untuk ikut menyumbang peran membangun lingkungan dan budaya belajar yang sehat. Dalam hal ini orang tua bisa memulai dari berupaya menyelaraskan kehidupan yang dijalani dengan pendekatan yang dilakukan sekolah, dengan menyediakan lingkungan aman dan sehat untuk perkembangan optimal anak.

en_US